Support independent publishing: Buy this book on Lulu.

Blogroll

 
Senin, 16 November 2015

Puisi- Puisi Kebencian Sahlul Fuad

0 komentar

Merayakan Kebencian


Panji-panji kebencian berjajar warna-warni
Oren, biru, kuning, merah, pink, hijau di jalan-jalan

Hatiku begitu mekar
Kebencian telah marak

Sorak-sorai rakyat menyambut ceria
Kebencian begitu indah


Kebencian Suci


Kawan, kebencianku kepadamu
adalah api suci
yang kusulut dari lubuk 
nurani yang tersembunyi.
Kebencianku kepadamu
adalah nyanyian suci
yang kudendangkan merdu.
Kebencianku kepadamu
adalah tarian suci
yang kugerakkan syahdu.
Kebencianku kepadamu
adalah ruh suci
yang menghidupiku
menuju keindahan abadi.


Benci Setengah-setengah


Aku membencimu setengah mati.
Kubuang seluruh bunga dalam hati.
Aku membencimu setengah hati.
Kusimpan nomormu yang simpati.


Zikir Kebencian

Aku rapal lafadz-lafadz kebencian
Kukirim seluruh sinyal kepada alam
Karena benci itu keindahan.

Aku bertafakur dalam kebencian
Kukirim nalar ke seluruh alam
Karena benci itu mengasyikkan.

Kebencian adalah bunga-bunga bermekaran
Menghias musim semi tak berkesudahan
Warna-warninya membuatku terbebaskan.

Kau bilang putih itu hitam
Aku bilang hitam itu kebaikan
Kau bilang hitam itu mukjizat
Aku bilang putih itu laknat.

Kau bilang kita akan selamat
Aku bilang hanya kau yang sesat
Kau bilang selamat itu kebenaran
Aku bilang sesat itu hanya kebetulan.
Aku masih berkomat-kamit merapal lafadz kebencian
Dengan khusyuk kugulirkan nama-nama sasaran
Kuhitung silsilah nenek moyang yang melahirkan.

Tangerang, 2015
Read more...
Kamis, 26 Januari 2012

PESONA BAHASA DALAM DUSTA

0 komentar

Judul Buku : 33 Puisi Dusta.
Pengarang : Sahlul Fuad.
Penerbit : Penerbit Miring, Jakarta.
Tahun : 2011.
Tebal : 60 halaman.
ISBN : 978-602-19182-0-3

Sekumpulan puisi Sahlul Fuad dalam buku ini memaklumatkan suatu keberkaitan istimewa antara kata dan makna. Hubungan antara kata dan makna ibarat hubungan tak terpisahkan kulit dengan buah-buahan. Seperti halnya kata yang bermacam-macam, kulit pun beraneka ragam, berduri tajam seperti durian, berbulu seperti rambutan, dan kasar seperti salak tapi rasa buah tetap identik satu sama lain yakni kecut saat belum matang dan manis bila sudah matang. Buah yang meliputi daging, kulit, dan bagian-bagian lainnya itu serupa kesatuan tak terceraikan antara kata dan makna.
Read more...
Senin, 26 Desember 2011

Petikan 33 Puisi Dusta

0 komentar
Read more...
Selasa, 18 Oktober 2011

Satir, Bermuka Ganda

0 komentar
Puisi “Dusta” bukan ayat suci. Bila puisi itu ditaruh dalam realitas sosial sehari-hari, tak bisakah menjelma sejenis “ayat sosial” yang bersuara melalui sindiran? Puisi itu bisa menggaung di sela dusta-dusta manusia yang beragam bentuk aksi dan cara menyembunyikannya. Puisi itu juga bisa tampil sendirian tanpa kehilangan sinyal konteks dan makna. Sekali lagi, puisi itu sama sekali bukan ayat suci, semata gubahan seorang penyair di Dunia Ketiga yang marak didera korupsi dan dusta ekonomi-sosial-politik dan ia hendak bicara perkara itu melalui seni-kata. Ia bukan berdiri sebagai mubaligh melalui puisi itu. Apakah puisi itu tak universal?

Dusta merupakan perilaku universal, seuniversal cinta dan kejahatan. Puisi Sahlul Fuad merekam serakan dusta, dusta yang menyusup ke ruang sakral, misalnya dalam puisi “Umrah”:

Tuhan, kami menang tender usaha
Ke rumah-Mu kami bersilaturahmi
Kami bawakan Engkau sekeranjang dosa

Agar kami tak terendus polisi.
Tuhan, kami ingin dapat proyek lagi
Ke rumah-Mu kami ziarah
Kami bawakan Engkau sekeranjang doa
Agar kami menang tender lagi.
Satir. Juga bermuka ganda. Demikianlah tampang puisi “Umrah” itu. Kosakata profan dan kosakata sakral teraduk dan berbaur dalam satu puisi (Tuhan, tender usaha, dosa, polisi, proyek, ziarah). Puisi itu mengoplos teologi, ekonomi, dan kriminologi. Puisi itu memotret profanisasi terhadap yang sakral ataukah sakralisasi atas yang profan? Keduanya. Gambaran dalam potret itu bermakna pemuliaan ataukah penodaan? Juga keduanya. Keunikan puisi itu menawarkan belahan sekaligus penyatuan antara urusan dunia dan akhirat. Urusan profan yang dirasukkan ke wilayah sakral, juga sebaliknya, wilayah sakral yang dijambret demi urusan profan.

Read more...

Labels

 
33 Puisi Dusta © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here